Oleh Chusnatul Jannah – Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban

Memasuki bulan Rajab umat Islam dianjurkan untuk banyak melakukan amal salih. Sebab, bulan Rajab adalah salah satu Bulan Haram. Di Bulan Haram, kita diperintahkan untuk melipatgandakan amal-amal terbaik. Diantaranya berhenti dari perbuatan yang menyalahi syariat Allah, giat melaksanakan amalan wajib dari Allah serta memperbanyak amalan sunnah.

Abu Bakar Al Balkhi rahimahullah pernah menuturkan tentang kemuliaan bulan Rajab, “Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan, dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barangsiapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban, bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.

Nampaknya hal itu barangkali yang sedang dilakukan Kepala BPIP. Setelah kontroversinya tentang pernyataan, ‘Agama adalah musuh terbesar Pancasila’, ia memilih puasa bicara di media. Bukan sepekan atau sebulan. Ia bakal puasa bicara di publik selama setahun. Masa setahun puasa bicara akan ia gunakan untuk belajar mengelola subyektivitasnya. Tidak ingin ‘kepleset’ ngomong lagi di hadapan publik. Jika ada pernyataan resmi yang perlu dikeluarkan, cukup melalui humas BPIP yang sudah menyiapkan draftnya.

Pepatah yang berbunyi, ‘Lidah setajam pedang’ memang benar. Ada dua bahaya yang ditimbulkan dari lidah. Pertama, banyak bicara kebatilan dan menyesatkan. Kedua, diam terhadap kebenaran. Imam Abu ‘Ali ad-Daqqaq pernah mengatakan: “Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.”

Gara-gara lidah, seseorang bisa menista. Gara-gara lidah, seseorang bisa menyesatkan manusia. Gara-gara lidah, seseorang bisa berdusta. Gara-gara lidah pula, seseorang bisa termakan dan terkena fitnah. Lidah, bila tak dijaga menimbulkan kerusakan. Maka dari itu, Rasulullah SAW memerintahkan jika tak bisa berkata yang baik, lebih baik diam.

Yudian Wahyudi mungkin sedang merenunginya. Terlalu banyak kontroversi yang ia buat, lidahnya bisa memprovokasi umat. Kalimat-kalimat kontroversi yang pernah ia lontarkan meninggalkan jejak digital yang tak bisa dihilangkan. Meski sudah berlalu, rakyat pasti selalu mengingat. Apalagi ia seorang pejabat. Tentu rakyat akan kuat merekam. Lalu tugas BPIP selanjutnya apa? Terus melakukan sosialisasi Pancasila lewat tiktok? Atau diam saja hingga jika diminta baru bertindak? Tersebab pernyataan Yudian yang kontroversi lalu, desakan membubarkan BPIP menguat. Mungkin saja internal BPIP melakukan evaluasi. Jika Kepala BPIP tidak dikontrol, rem bisa blong. Berimbas pada pembubaran BPIP yang dituntut rakyat kepada Jokowi. Jelas lampu kuning bagi mereka. Sebab, gaji tinggi dengan kinerja yang tidak menguras tenaga sangat disayangkan untuk dilewatkan.

Lebih baik BPIP diam sementara. Lebih aman dan menenangkan. Hanya saja, gaji setinggi itu masa’ iya hanya untuk bekerja dengan mendiamkan lidah? Bicara salah, diam salah. Yang salah itu, yang menggaji Anda dan segenting apa kehadiran BPIP dalam berbangsa dan bernegara.

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan