Potret Ibu Hebat, Meski Punya Anak Jadi Bupati 2 Periode, Ibu Ini Tetap Tinggal di Kampung Jual sayur dan Tidak Mau Hidup Mewah

Punya Anak Bupati Dua Periode Margaretha Tolak Kemewahan. YouTube Hitam Putih/Merdeka.com

IDTODAYCO – Memiliki anak sukses dan bergelimang harta menjadi impian semua orang tua. Hal itu pula yang menjadi cita-cita Margaretha Manhitu. Seorang petani yang berhasil mengantarkan anak anaknya menjadi seorang yang sukses meraih kedudukan terpandang di mata masyarakat, sebagai bupati selama dua periode kepemimpinan.

Uniknya, Margaretha Manhitu tetap melanjutkan aktifitasnya sebagai seorang petani dan selalu menjajakan hasil panennya di pasar.

Ibu tersebut merupakan orang tua dari salah satu Bupati di Timor Tengah Utara (TTU), NTT bernama Raymundus Sau Fernandes. Barangkali Ibu tersebut diajak untuk tinggal di rumah mewah sang Bupati, akan tetapi berulang kali pula kan Ibu menolak dan lebih memilih untuk bertahan di desa.

Baca Juga: Nyesek, Dalam 1 Minggu Orang Ini Terlilit Utang Pada 40 Pinjaman Online

Dikutip dari Merdeka.com (21/4/21), beliau bersama suami tercinta, Yakobus Manue Fernandez masih tinggal di rumah sederhana di Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU, NTT. Keduanya begitu menikmati kehidupan bertaninya meski sudah renta.

Baik dari mengurus ternak, hingga mengurus perkebunan dilakoninya sendiri. Menggendong hasil panen ke arah jalan raya besar, Margaretha naik angkot menuju pasar untuk menjual sayur-sayuran.

Padahal ibu tersebut memiliki seorang putra sulung yang berhasil menjabat sebagai kepala daerah selama dua periode berturut-turut.

Meskipun begitu, tak pernah terlintas di benak Margaretha untuk menumpang hidup. Dia berpikir bahwa orang tua masih bertanggung jawab mengurus anak-anak.

Semua hasil perkebunan, seperti beras, jagung, dan sayur dijajakan sendiri oleh Margaretha di pasar. Sedangkan suaminya fokus mengurus ternak. Meski sekarang tinggal bersama seorang anak dan menantu, keduanya tetap ingin mandiri seperti biasanya.

Hasil panen padinya pun mereka tumbuk sendiri, bukan di bawa ke penggilingan. Setiap hasil jual ternak, langsung dibagi lima, untuk Margaretha dan keempat anaknya. Prinsip keduanya, bahwa semua hasil orang tua merupakan milik anak-anak.

Margaretha dan Yakobus sudah terbiasa hanya tidur malam selama dua hingga tiga jam saja. Selebihnya untuk bekerja di ladang. Berprinsip bahwa bekerja tidak boleh berhenti, kecuali untuk istirahat dan makan. Demikian pengakuan dari anak-anak si Ibu hebat tersebut.

Perjuangan keduanya selama ini telah membuahkan hasil mengagumkan. Hal itu terbukti dari pangkat yang berhasil diraih oleh salah satu anaknya.

Padahal di awal kehidupannya, negara kita harus kehilangan 4 orang dari 8 buah hatinya karena meninggal di usia sekitar 3 atau 4 bulan. Kala itu hidup masih susah, sehingga tidak mampu hidup berkecukupan.

Margaretha beberapa kali diajak ke rumah mewah Raymundus. Namun saat ditinggal bertugas sebentar, tiba-tiba sudah tidak ada. Margaretha dan suami pulang lagi ke desa mengendarai ojek tanpa berpamitan.

Terkadang hanya menginap dua atau tiga malam saja, saat anak dan cucunya tengah sakit. Kalau tinggal selamanya, tidak pernah mau. Mereka merasa bahwa anak dan orang tua telah memiliki kehidupan masing-masing.

Margaretha tidak mau bergantung pada kemewahan yang digapai oleh setiap anaknya. Dia selalu berpesan pada Raymundus untuk selalu bekerja demi rakyat dan menjaga nama baik keluarga.

Baca Juga: Viral! Mantan Mata-mata Saat Melawan Belanda, Di Hari Tuanya Hanya Jualan Mainan Anak

Setiap pendapatan hasil berjualan di pasar dan ternak dari Yakobus, pasti langsung dibagikan pada setiap anaknya. Seusai panen padi dan ditumbuk pun, Margaretha akan mengirim beras pada keempat anaknya setiap satu sekali.

Margaretha memiliki komitmen kuat bersama suaminya untuk selalu menafkahi anak anaknya meskipun mereka semua sudah berhasil meraih kesuksesan.

Dia berpesan kepada putranya yang menjadi Bupati untuk fokus pada pekerjaan dan keluarganya saja tanpa harus memikirkan nafkah bagi kedua orang tuanya tersebut.

Bantu apa yang dicontohkan kedua orang tua tersebut sangat bernilai positif. Mereka berdua tidak ingin mendompleng pada kesuksesan anak-anaknya. Hanya ada cinta dan kasih sayang yang luar biasa dari keduanya.

Hal itu pun begitu meninggalkan bekas yang sangat dalam bagi anaknya yang menjadi Bupati, Raymundus. Menurutnya, kedua orang tuanya telah mengajarkan untuk  tetap hidup dengan kerja keras, jujur, dan tidak mengambil hak orang lain.

“Pelajaran hidup bagi kami, anak dan cucu. Paling pertama kerja keras, yang kedua menanamkan kejujuran, pakai dari keringat sendiri, dan jangan mengambil yang bukan hak,” ujar Raymundus dalam wawancara bersama Deddy Corbuzier beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Kisah Pilu Warsito Mantan Ajudan Soekarno, Di Usia Senja Jadi Penjual Kopi Keliling

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan